Kisah ini Aku baca dari salah satu buku yang mengangkat sisi kelembutan dan kekuatan seorang wanita, buku ini karangan Yoli Hemdi dengan Judul Ukhty Hatimu Di Jendela Dunia…
Jujur.. ketika Aku membacanya Aku merasa tersanjung sebagai perempuan, bukan karena gombalan dan rayuan yang biasa dilontarkan oleh laki-laki buaya yang sok romantis, tapi lewat buku ini Yoli mampu memperkuat bahwa sebenarnya hati perempuan itu di jendela dunia, baginya banyak pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi tertinggi. Selalu ada perempuan kuat di balik lelaki hebat, entah itu berperan sebagai ibu, istri, kekasih atau sahabat. Karena itu , perempuan dianggap sebagai tonggak-tonggak penyangga sebuah peradaban.
Dari sekian banyak tulisan dalam buku ini dengan berbagai macam topik, ada 1 tulisan yang membuat Aku merasa terharu sekaligus bangga menjadi seorang perempuan, dan pada kesempatan ini aku akan menceritakan kembali kepada pembaca yang belum sempat membaca bukunya.
Tentang rahasia airmata seorang wanita, wanita dan airmata bagaikan dua hal yang mungkin tidak dapat dipisahkan , berbeda dengan seorang laki-laki yang yang sangat miskin akan khasanah emosional dan airmata dianggap sebagai lambang kecengengan yang tidak pantas disandang oleh seorang laki-laki.
Namun ketika mereka telah masuk kedalam ranah rumah tangga menjadi seorang laki-laki dewasa, mereka harus serumah dengan seorang wanita yang selau menggunakan bahasa airmata,
Airmata yang jatuh lewat kelopak lentik gadis pilihannya pada saat ijab qabul, sehingga ia mengira wanita itu menyesal telah menikah dengannya, cepat ia tepis perasaan itu.
Airmata yang jatuh dengan seulas senyum manis ketika wanita telah mampu melahirkan seorang anak dan tangis itu semakin kencang ketika ia menggendonngnya, susah payah suami membujuk, tapi terus juga menangis sampai akhirnya berhenti sendirian.
Sulit memang diterima logika, airmata yang terus mengalir sambil menggendong anaknya yang sedang demam padahal anaknya telah di bawa ke dokter dan di beri obat penawar rasa sakit.
Mata sembab berlinang air ketika melihat kepala suami belumuran darah karena jatuh dari vespa padahal suami merasa biasa-biasa saja.
Air mata yang mengalir disaat melepas kerinduan sedangkan suami tertawa-tawa.
Tapi anehnya, wanita tidak sedikitpun menitikkan air mata ketika suami di PHK, ketika kontrakan rumah tergusur, susu bayi tiada, dapur mulai tidak berasap, bahkan istri tidak menangis ketika setelah sekian lama menikah, belum selembar baju pun yang dibelikan oleh suami dan perayaan ulang tahun pernikahan hanya dirayakan dengan makan nasi dingin.Bahkan tak jarang seorang wanita ikut menopang ekonomi keluarga.
Sebagi seorang laki-laki ia bingung mencerna makna dari air mata wanita, ia coba mencari berbagai refernsi dan ensiklopedi mengenai hal itu, namun tidak pernah ia temukan. Akhirnya ensiklopedi kehidupan lah yang membuatnya mengerti dengan makna air mata seorang wanita.
Airmata kekuatan ketika melahirkan bayi dari rahimnya sementara angka kematian ibu akibat melahirkan semakin meningkat.
Airmata yang peka dan kasih dalam merawat dan mencintai anak dan keluarganya
Airmata ketabahan, atas kesederhanaan hidup namun tidak membuatnya minder dalam pergaulan.
Airmata ketegaran, saat rumah tangga melewati masa pancaroba atau hampir karam oleh badai cobaan.
Airmata kebijaksanaan yang mampu memberikan pengertian dan menyadarkan suami, walaupun sering kali kebijaksanaan itu akan menguji kesetiaan yang diberikan suami.
Airmata yang bersumber dari airmata kehalusan perasaan, tangisnya bukan karena kecengengan. Tapi menunjukkan betapa halus dan lembutnya perasaan yang ia miliki, wanita berpikir dengan hati dan meraba dengan pikirannya.
Setelah membaca tulisan ini aku merasa aku harus menjadi seorang wanita dengan air mata yang spesial seperti yang ditulis oleh Yoli Hemdi.
Apakah kita mampu menjadi seorang perempuan yang selalu menitikkan air mata sebagai refleksi ke-tawadhu-an, qona’ah, dan istiqomah serta ketulusan cinta yang luar biasa ?
Akankah airmata itu saat ini masih terus mengalir di pipi seorang perempuan masa kini, yang rela mementingkan urusan pekerjaan dari pada keluarga, ketika dengan mudahnya mengucapkan kata ”pisah” saat kebutuhan akan materi tidak terpenuhi.?
perempuan modern yang lebih memilih untuk menunda mendapatkan seorang anak dengan alasan karir dan takut kecantikan memudar serta waktu untuk untuk perawatan dan hura-hura berkurang.?
Entahlah.. hanya perempuan yang masih ingin airmata agung itu terus mengalir dan tidak membeku dalam hati yang telah membatu yang bisa menjawabnya....
Perempuan tanpa airmata, maka dunia akan berduka cita.
Jujur.. ketika Aku membacanya Aku merasa tersanjung sebagai perempuan, bukan karena gombalan dan rayuan yang biasa dilontarkan oleh laki-laki buaya yang sok romantis, tapi lewat buku ini Yoli mampu memperkuat bahwa sebenarnya hati perempuan itu di jendela dunia, baginya banyak pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi tertinggi. Selalu ada perempuan kuat di balik lelaki hebat, entah itu berperan sebagai ibu, istri, kekasih atau sahabat. Karena itu , perempuan dianggap sebagai tonggak-tonggak penyangga sebuah peradaban.
Dari sekian banyak tulisan dalam buku ini dengan berbagai macam topik, ada 1 tulisan yang membuat Aku merasa terharu sekaligus bangga menjadi seorang perempuan, dan pada kesempatan ini aku akan menceritakan kembali kepada pembaca yang belum sempat membaca bukunya.
Tentang rahasia airmata seorang wanita, wanita dan airmata bagaikan dua hal yang mungkin tidak dapat dipisahkan , berbeda dengan seorang laki-laki yang yang sangat miskin akan khasanah emosional dan airmata dianggap sebagai lambang kecengengan yang tidak pantas disandang oleh seorang laki-laki.
Namun ketika mereka telah masuk kedalam ranah rumah tangga menjadi seorang laki-laki dewasa, mereka harus serumah dengan seorang wanita yang selau menggunakan bahasa airmata,
Airmata yang jatuh lewat kelopak lentik gadis pilihannya pada saat ijab qabul, sehingga ia mengira wanita itu menyesal telah menikah dengannya, cepat ia tepis perasaan itu.
Airmata yang jatuh dengan seulas senyum manis ketika wanita telah mampu melahirkan seorang anak dan tangis itu semakin kencang ketika ia menggendonngnya, susah payah suami membujuk, tapi terus juga menangis sampai akhirnya berhenti sendirian.
Sulit memang diterima logika, airmata yang terus mengalir sambil menggendong anaknya yang sedang demam padahal anaknya telah di bawa ke dokter dan di beri obat penawar rasa sakit.
Mata sembab berlinang air ketika melihat kepala suami belumuran darah karena jatuh dari vespa padahal suami merasa biasa-biasa saja.
Air mata yang mengalir disaat melepas kerinduan sedangkan suami tertawa-tawa.
Tapi anehnya, wanita tidak sedikitpun menitikkan air mata ketika suami di PHK, ketika kontrakan rumah tergusur, susu bayi tiada, dapur mulai tidak berasap, bahkan istri tidak menangis ketika setelah sekian lama menikah, belum selembar baju pun yang dibelikan oleh suami dan perayaan ulang tahun pernikahan hanya dirayakan dengan makan nasi dingin.Bahkan tak jarang seorang wanita ikut menopang ekonomi keluarga.
Sebagi seorang laki-laki ia bingung mencerna makna dari air mata wanita, ia coba mencari berbagai refernsi dan ensiklopedi mengenai hal itu, namun tidak pernah ia temukan. Akhirnya ensiklopedi kehidupan lah yang membuatnya mengerti dengan makna air mata seorang wanita.
Airmata kekuatan ketika melahirkan bayi dari rahimnya sementara angka kematian ibu akibat melahirkan semakin meningkat.
Airmata yang peka dan kasih dalam merawat dan mencintai anak dan keluarganya
Airmata ketabahan, atas kesederhanaan hidup namun tidak membuatnya minder dalam pergaulan.
Airmata ketegaran, saat rumah tangga melewati masa pancaroba atau hampir karam oleh badai cobaan.
Airmata kebijaksanaan yang mampu memberikan pengertian dan menyadarkan suami, walaupun sering kali kebijaksanaan itu akan menguji kesetiaan yang diberikan suami.
Airmata yang bersumber dari airmata kehalusan perasaan, tangisnya bukan karena kecengengan. Tapi menunjukkan betapa halus dan lembutnya perasaan yang ia miliki, wanita berpikir dengan hati dan meraba dengan pikirannya.
Setelah membaca tulisan ini aku merasa aku harus menjadi seorang wanita dengan air mata yang spesial seperti yang ditulis oleh Yoli Hemdi.
Apakah kita mampu menjadi seorang perempuan yang selalu menitikkan air mata sebagai refleksi ke-tawadhu-an, qona’ah, dan istiqomah serta ketulusan cinta yang luar biasa ?
Akankah airmata itu saat ini masih terus mengalir di pipi seorang perempuan masa kini, yang rela mementingkan urusan pekerjaan dari pada keluarga, ketika dengan mudahnya mengucapkan kata ”pisah” saat kebutuhan akan materi tidak terpenuhi.?
perempuan modern yang lebih memilih untuk menunda mendapatkan seorang anak dengan alasan karir dan takut kecantikan memudar serta waktu untuk untuk perawatan dan hura-hura berkurang.?
Entahlah.. hanya perempuan yang masih ingin airmata agung itu terus mengalir dan tidak membeku dalam hati yang telah membatu yang bisa menjawabnya....
Perempuan tanpa airmata, maka dunia akan berduka cita.